BERWARNA
Ketika lahir, aku hitam
ketika tumbuh besar, aku hitam
ketika berjemur, aku hitam
ketika ketakutan, aku hitam
ketika sakit, aku hitam
ketika mati, aku hitam.
Dan kamu kulit putih
Ketika lahir, kamu merah muda
ketika tumbuh besar, kamu putih
ketika berjemur, kamu merah
ketika meriang, kamu biru
ketika ketakutan, kamu kuning
ketika sakit, kamu hijau
ketika mati, kamu kelabu
Dan kamu bilang bahwa aku kulit berwarna?
(Puisi nominasi terbaik 2005, anak afrika.)
Ketika lahir, aku hitam
ketika tumbuh besar, aku hitam
ketika berjemur, aku hitam
ketika ketakutan, aku hitam
ketika sakit, aku hitam
ketika mati, aku hitam.
Dan kamu kulit putih
Ketika lahir, kamu merah muda
ketika tumbuh besar, kamu putih
ketika berjemur, kamu merah
ketika meriang, kamu biru
ketika ketakutan, kamu kuning
ketika sakit, kamu hijau
ketika mati, kamu kelabu
Dan kamu bilang bahwa aku kulit berwarna?
(Puisi nominasi terbaik 2005, anak afrika.)
Puisi dengan
kata-kata sederhana mampu menyentuh
siapa saja yang membacanya, ditulis
seorang anak afrika ini. Waktu membacanya agak tercenung juga mengingat tahun
puisi ini dipublikasikan. 2005! Inikan masih ‘kemarin’ dibanding isu rasis yang
menusuk yang diangkat puisi ini.
Olala, rupanya aku begitu dilenakan kedamaian rumah.
Aku kira cerita Missisipi Burning, Isaura, Abraham Lincoln,
Paman Sam, Cuma ada di masa lalu. Nyatanya cerita itu masih berlangsung, hingga
kini. Jadi aku buka-buka lagi sejarah. Yah, tentu saja, Obama jadi Presiden itu
bisa jadi Cuma simbul, karena sesungguhnya bagian dunia ini secara jelas masih
memelihara rasa sentiment rasis.
Yup, semua orang tahu (mungkin kecuali aku, yang tak ingin
percaya) bahwa seorang negro yang bergerak biasa, menjadi Nampak mencurigakan
di mata seorang polisi rasis, di sebuah perkampungan kumuh yang sesak dengan
kriminalitas.
Kalau kau mau
cek, lihat saja catatan kriminalitas, atau isi penjara di AS, Negara yang
dikenal liberal ini. Ada berapa negro ? asia ? hispanik ? putih ?
Cek saja ! karena aku tak berhasrat membaca angka
statistiknya.