PANGERAN
. 24
MENYUSUN KEPINGAN PUZZLE
Bintang terang hanya terlihat
dalam kegelapan.
“Sebelas....”
berulang kali
dokter Rut mendesah, tersenyum takjub,
aku takkan salah dengan mataku, bahwa dia adalah sepertinya sedang mengaggumiku,
sebagai ciptaannya. Dia lalu
mengeluarkan semua makanan yang ada di kulkas, lalu memasaknya dengan cara yang
instan.
“Sebelas,
sebelas… sulit aku mempercayai apa yang sedang kualami kini.” Berulang kali dia
menyebut panggilanku dulu.
“Kini
aku punya nama, dokter Rut.” Kulihat dokter Rut sedikit terkejut.
“Namaku,Yusuf, dok.” Koreksiku.
Lagi. Tentu saja aku merasa risih dipanggil dengan deretan angka. Tapi dkter
Rut terus menyebutkan angka sial itu.
Sebelas.
“Kenapa
dokter tak mencariku?” aku mencoba
bertanya setenang mungkin, walau sejak bertemu dengannya bagian otak masa
laluku yang primitif membuat aku gegap gempita
karena kerinduan dan bisa membuatku nyaris mengelupas.
Sementara belahan
kesadaranku (yang merupakan hasil dari
kerja otak yang telah mengalami revolusi) memberi peringatan untuk selalu
waspada:
‘dokter
Rut, mungkin adalah musuh utamamu!’
“Mencarimu? Bukankah aku lebih
baik membiarkanmu bebas?” Dia mengedipkan matanya sebelah, sambil tersenyum.
Aku terpana sejenak. “Begitu ya?”
Oh, Tuhan mudah-mudahan dugaanku benar. Bahwa dia tetap seorang dokter yang
baik.
“Tapi pihak Yayasan, selalu
menerapkan prosedur keamanan bagi setiap objek ataupun hasil penelitiannya.”
Katanya sambil menghela nafas.
“Oh, ya tentu saja, mereka menyewa
para mafia kupu-kupu untuk mencariku?”
“Dari mana kau tahu bahwa itu
dari yayasan ini?”
“Bukankah Dokter baru saja bilang
tentang prosedur keamanan bagi setiap objek
penelitiannya?”
“Bagaimana kau menyimpulkan bahwa
mereka yang ditugaskan mengamankanmu?”
“Siapa lagi yang berkepentingan
dengan objek menarik sepertiku? Dan tentunya sangat berharga? Tatto kupu-kupu
di lengan mereka. Mereka sepertinya bekerja sangat efektif sehingga mereka
rajin di daerah persembunyianku.”
“Tepat, dan aku selalu berharap,
kau tak kan
pernah mereka temukan.” Wajah dokter Rut nampak kagum dengan paparan super
singkatku.
“Oh, terima kasih dokter Rut, aku
tahu nasibku jika aku tertangkap mereka.”
“Kembali ke hutan buatan, dengan
status –objek baru-. Nasibmu akan lebih mengenaskan di sana .”
Akupun menelan ludah mengingat
apa yang baru saja terjadi di sana .
“Bagaimana tentang perburuan brutal itu?”
“Oh, kau tahu? Kau mengintip?
Bagaimana caranya? Sistem keamanan kami sangat rapih dan rapat.” Dokter Rut
nampak kaget.
“Aku menggunakan ini.” Kataku
menunjukan telpon genggamku.
“Hah?” jelas sekali dokter Rut
tidak percaya. Matanya membesar takjub. Dia pasti tak menyangka aku bisa
meretas hanya berbekal telpon genggam.
“Lihat, aku merekam kegilaan yang
terjadi di sana
tadi siang.” Kutunjukan gambar yang membuatku jijik itu.
“Oh... kau!” dokter Rut
benar-benar takjub, bingung, dan cemas. “Sungguh aku tak percaya kau mampu
melakukannya! Mengintip melalu cctv, lalu merekamnya. Bukankah, kau harus
melalui berlapis kata sandi menuju ke kamera sana?”
Aku diam saja, dan tersenyum
bangga.
“Jadi bagaimana nasib
kawan-kawanku di sana ?”
tanyaku sambil menyesap minuman telur mentah campur susu dan beberapa sayuran,
ini adalah minumanku –jaman dahulu-.
“Sejak kau lari, terjadi
kekacauan rantai makanan di sana .
Kami ingin membiarkan suksesi alami memperbaiki komposisi ekologisnya.
“Tapi karena sistem itu sudah
‘buatan’ manusia sejak awal, maka Tuhanpun malas untuk merawatnya secara alam.
Terakhir yang terjadi adalah pertumbuhan populasi Carnivora di luar kewajaran,
akibat, tidak berjalannya sistem kontrol alami semacam penyakit atau apalah di sana . Sementara Yayasan
membutuhkan dana baru untuk penelitian-penelitian baru yang lain, maka
dijadikanlah hutan buatan itu sebagai dunia fantasi, panggung hiburan
orang-orang idiot. ‘sasana perburuan ilegal’.
“Tak disangka-sangka, peminatnya
cukup banyak, padahal kami mematok harga yang sangat tinggi, mengingat sistem
keamanan, dan kerahasiaannya harus terjamin.”
Kurasakan permukaan tubuhku
dirayapi rasa gatal. Emosiku larut dalam kisah ekologi buatan yang memilukan,
betapa biadabnya mereka!
“Dokter membiarkan semua ini
terjadi?”
“Aku sudah menentangnya, tapi
jika yang menentang hanya seorang diri, apalah artinya.”
“Dokter, bagaimana jika tayangan
cctv ini aku kirimkan ke kantor berita?”
“Jangan bodoh! kantor berita diduduki oleh orang-orang kami juga. Itu
artinya sama dengan memberitahu mereka kau ada dimana. Mereka bisa menangkap
sinyal pengiriman dilakukan di mana, dan kau pasti tak menduganya, kaki tangan
mereka itu ada di setiap inci negeri ini.”
“Oh?”
“Mereka tinggal memerintahkan
seseorang yang mungkin sedang mengupil di samping kita!”
Aku sudah memperhitungkannya, tapi tak pernah
menyangka serapih, dan seefesien seperti ini cara kerja ‘mereka’. Mereka itu seperti
hantu gutrita yang membelit sana sini tanpa diketahui korbannya.
“Jadi kini kau tahu, kenapa aku
tak berdaya, selain membantu riset-riset.”
“Doktor bisa keluar dari B-Go.”
“Andaikan saja aku bisa
melakukannya, aku sudah lakukan itu sejak sebelum kau muncul. Bekerja di B-Go,
itu artinya kau melakukan kontrak kerja seumur sisa hidupmu, selama otakmu
tidak rusak, dan kau sehat!”
“Astaga!” kini aku baru mengerti
kenapa selama ini raut wajah dokter Rut
itu seperti orang mati.
“Kadang-kadang aku ingin menghancurkan
tempat ini, tapi hanya tempat inilah yang membuat jejak hidupku ada.”
“Aku ingin menyelamatkan hutan
buatan.”
“Tak ada satupun cara untuk
melakukannya.”
“Aku akan menemukan caranya.”
“Ah, sudahlah! Oh ya apakah kau
tetap menulis semua ceritamu bukan?”
Aku
diam kaku. Nah! Buatmu mungkin semua ini cuma jurnal ilmiah biasa. Tapi bagiku,
tulisanku adalah sejarah penting hidupku.
“Tentu
saja.” Oh! Coba bagian mana dari pertemuan ini yang romantis, sebagaimana
seseorang yang memilki hubungan istimewa terpisah sekian lama? Atau aku terlalu
cengeng? Karena hari-hariku di tengah keluarga
ibu Ratija, keluarga yang penuh
kasih sayang dan kehangatan?
“Aku
ingin melihatnya!” mata dokter Rut bergairah seperti saat-saat aku berhasil
memecah persoalan-persoalan teka-teki sederhananya.
Aku
tersenyum sinis. Hah! Sial! Tak ada sedikitpun kerinduannya bagiku. Hanya
observasi dan observasi yang ada diotaknya.
“Aku
tahu ini adalah hal penting yang ingin dokter ketahui: Aku ada di IQ 170, Jika
kau tak percaya, Kau bisa mengujinya langsung denganku.”
Makanan
matang. Aku langsung melahapnya.
“Bagaimana
kau mengendalikan pengelupasanmu, tanpa suntikan.”
“Dengan
berdamai terhadap diri sendiri.”
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar