PANGERAN 24
MENYUSUN KEPINGAN PUZZLE
MENYUSUN KEPINGAN PUZZLE
“Maksud dokter, Qonita sudah
ditemukan, diculik, lalu dibawa ke sini? Untuk apa?” tanyaku tak sabar lagi,
melihat dokter bolak balik dalam diam, sementara aku sudah kenyang dan hanya
bisa menatapkanya gelisah.
“Kami
baru menyadarinya bahwa selama ini kami sama sekali tidak kehilangan bayi itu.
Bayi itu ada dalam perlindungan yang tepat. Setidaknya menurut yayasan B-GO.”
“Maksud
dokter?”
“Dia
tinggal bersama Jan, President direktur Yayasan B-GO.”
“Jan?”
“Iya Jan Rabiko. Dia seorang doktor embriologi yang multi talenta.
Seniman post modern dibidang media. Dia pemilik Grup media, Citra Indah. Co. ”
“OH! Citra Indah.” ingatanku
langsung terkait dengan kantor iklan
tempat Qonita bekerja. Jadi pak Jan adalah.
“Ya. Dia, dengan status lajang
dan ketampanannya cukup popular sebagai konglomerat. Jarang sekali oran g tahu dia seorang
doctor embriologi, karena kebanyakan project risetnya rahasia.”
Aku benar-benar tersedak ludahku
sendiri. “Jan seorang doktor embriologi? jadi selama ini Qonita tinggal dengan
biang segala permasalahan kami? Qonita
juga sama sekali tidak curiga? Bagaimana bisa?” kubayangkan bahwa selama ini
Qonita menyembunyikan kehamilannya pada siapapun termasuk pada Jan, pria yang selama ini dianggapnya telah
melindungnya.
“Jan itu juga seperti malaikat
bagi keluarga ibu Ratija. Dialah yang menolong Qonita, menyembunyikan Qonita
dalam apartemennya, memberikan perlindungan khusus dengan menyediakan seorang
robot android. Semua itu ia lakukan agar Qonita aman dari kejaran para mafia
kupu-kupu.
“Dokter, Apa dia berkepribadian ganda?”
“Kau bisa menyebutnya situasi ini
sebagai ‘kehendak Tuhan’ Yusuf. Masalahnya menjadi lebih rumit dibanding dugaan
kita, Yu-suf.” Dokter Rut mengeja namaku dengan ragu.
“Kenapa dia melakukan ini? Kenapa
dia biarkan Qonita dengan kehamilannya?”
“
Karena Jan sangat menginginkan embrio itu.”
“Apa?!”
“Yaya, ingat aku ada dipihakmu,
Yusuf! Aku tak ingin kesalahanku atas hutan buatan itu terulang lagi. Mulai
kini aku harus berani!”
“Untuk apa bayi itu untuk orang
yang begitu sibuk dan begitu kaya?” tanyaku cepat mencapai kesimpulan:
“bayangkan seorang Jan sebagai presdir Citra Indah Co, dengan mobilitas tinggi
sekaligus seorang pakar embrio! Dia adalah pilot project penelitian disini...”
“Bayi itu bisa menjadi sumber
genetik untuk menjawab berbagai misteri ilmu pengetahuan. Terutama kami ingin
membuktikan apakah ‘kecerdasan adaptif’mu yang kini terbukti, bisa diturunkan
langsung atau masih merupakan peta acak protein. Selain itu, silsilah Qonita
sangat menarik.
“Beberapa keluarganya terbukti memiliki sistem antibodi bagi
malaria. Sebuah keajaiban yang belum sempat kami gali. Kami yakin, melalui
mutasi ajaib, leluhurnya menurunkan kemampuan antibodi ini. Kau tahu,
bertahun-tahun penelitian tentang malaria. Hingga bisa dibuat copy DNA antigen
Malaria. Kau tahu artinya?”
Aku mencoba memeras otakku. Aku
begitu menyesal tak mendalami tentang genetika. Yah, itu karena aku tak
tertarik.
“Dengan copy dan copy, kau adalah
jenis yang positif membawa gen itu. Sangat disayangkan bila semua ini hanya
berhenti pada akhir kehidupanmu. Kami mengusahakan keturunanmu.” Dokter Rut
menerangkan dengan suara perlahan. Tapi nadanya tak dapat mencegah kekalutan
dan kekacauanku.
“Gila!
Kalian gila!” aku tak dapat menahan kesopanan lagi.
“Ya
kami ini kumpulan orang gila, karena itu kami di sini. Di yayasan B-Go.”
***
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar