PUTRI. 21
DURI DALAM DAGING
DURI DALAM DAGING
Tiga hari ini Aku sepertinya
mengalami keranjingan yang aneh. Di rumah, di kantor yang kukerjakan di waktu
sesempit apapun adalah mengaduk-ngaduk semua catatan yang disimpan Yusuf. Pasir
di otakku seolah bergerak tanpa tidur. Semua butir pasir di otakku sepertinya
berusaha keras untuk menangkap setiap informasi baru. Tapi gagal. Apa yang
kubaca, walaupun berulang kali, kebanyakan sulit aku mengerti. Semua isi file
Yusuf hanya menegaskan betapa lemahnya daya pikirku. Dan betapa cerdasnya dia.
Dari kimia dapur sampai elektronik rumah
tangga dia mempelajarinya? Masalah jaringan maya, masalah air, sampah,
psikologi perkembangan anak, agama. Masalah sosial. Yusuf juga
mempelajari bahasa pemrograman. Dia telah melakukan Meretas system
keamanan rumah susun. Dia telah berhasil menyimpan kamera pengintai di ruang
tamu kami. Jangan lupa! Semua itu dilakukan hanya dalam waktu beberapa bulan
saja. Luar biasa!
Dan,
apa ini?
Sebuah
file dengan nama Q?
Akukah?
Akukah? Yup tetap saja aku terkejut saat kubuka semuanya, sekalipun aku sudah
menduganya.
Foto-fotoku,
sejak aku bayi, berita-berita tentang penemuanku di depan rumah singgah. Foto
bayiku dalam gendongan ibu Ratija. Dan foto-fotoku yang lainnya.
Apakah
dia, diam-diam, seperti aku mengaguminya? Tuhan inikah yang kau sebut ‘Kimia’
itu? Kami ‘terhubung’ sekalipun kami tak pernah bertemu. Kami? ‘Kami’!
Jantungku seolah berhenti saat
kubaca prosa singkatnya dibawah foto
ku yang terbaru.
kau
ini siapa?
Aku
ini siapa?
Kita
ini bukan siapapun
Tapi
mari kita tunjukan
Bahwa
kita bisa membuat jejak
Hingga
semua tahu,
Bahwa
kita pernah ada.
Oh,
siapa yang percaya bahwa yang membuatnya dulu adalah ‘seekor’ mahluk mutan, manusia buatan, atau apapun namanya,
yang tinggal di hutan buatan, dengan IQ yang kau tahu sendiri kisarannya.
Mahluk
itu kini telah berubah menjadi ‘seseorang’ yang rupawan, bukan wajahnya, tapi
hati dan perilakunya. Puisi ini
buktinya.
Perutku
mengecang.
Entah
kenapa tiga hari ini perutku begitu sering kontraksi. Apa memang orang hamil trismester pertama seperti ini? Menurut artikel-artikel
yang aku baca, mestinya sekarang masa dimana aku mengalami mual, sembelit, dan
siksaan mengantuk di pagi hari.
Tapi
kenapa keluhannya seperti aku akan melahirkannya sebentar lagi? Apa karena
sejak kehadiran Wanda aku begitu tegang? Aku benar-benar takut anak itu
mengetahui rahasiaku? Jika dia tahu, lalu ibu Ratija tahu. Para
tetangga tahu. Apa kata mereka semua?
‘lihat anak –sok- alim, beriman itu kini ketahuan belangnya!’
Lalu
ibu Ratija dan ke tujuh adikku akan menanggung beban sosial yang cukup berat.
Aku telah mengecewakan banyak sekali orang yang menumpukan haran dan masa depannya kepadaku.
Aku
yang seharusnya menjadi contoh.
Ooooh,
perutku mengeras. Sakit. Tuhan kenapa
kau tanamkan janin menyakitkan ini kepadaku. Kenapa Wanda yang seharusnya hamil
karena telah melakukan semua traksaksi, karena dia dan ayahnya menghendakinya,
tapi tidak hamil?
Lama
Kutatap wajah foto Yusuf. Foto ini pasti diambil oleh dirinya sendiri.
Wajahnya, ah mengerikan sekali. Tapi sepertinya aku mulai mengerti kenapa ibu
Ratija memberinya nama Yusuf.
Rahimku
bergerak ngilu.
***
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar