PUTRI.
23
PREMATUR
Semesta ini tak pernah memiliki
sudut,
Tapi sudut pandangmu mungkin
dapat mengubahnya
Kehadiran Wanda di apartemen ini
seperti biokatalisator [1]kekusutan
hidupku yang sedang berlangsung. Aku bingung dengan reaksinya atas penemuan spektakuler kami.
Bahwa
si Boy adalah jenis robot android yang bisa dikendalikan jarak jauh, sekaligus
menjadikan ‘mata’ bagi pemiliknya.
Sungguh teknologi yang luar biasa.
Wanda
sepertinya melancarkan aksinya. Berlagak seksi di depan si Boy, pura-pura dia
tak menyadari bahwa kelakuannya bisa dilihat, dipelototi, oleh sepasang mata.
Mungkin Matanya pak Jan secara tak sengaja menangkap tayangan porno ini. Tak
mungkin pak Jan yang sesibuk itu akan memeloti monitor pengawas melalui kamera
yang tertanam dalam mata si Boy.
“Wanda,
percuma kau berlagak seksi, sementara di seberang sana pak Jan sedang sibuk.” Bisikku malu
sendiri melihatnya hilir mudik dengan bikini di ruang tamu, dapur, padahal
kolam renang gedung apartemen ini ada di lantai 2 lantai di atas apartemen
kami.
“Tapi
dia kan bisa
memeriksa rekamannya.”
Nah!
Aku harus bilang apa pada seorang narsis seperti ini.
“Wanda,
kau tak takut tayanganmu beredar di media
maya? Atau televisi?” tanyaku penasaran dengan tingkat narsisnya.
“Hehehe,
kau memang pengiklan yang baik. Jika demikian, aku siap menunggu kontrak kerja
sebagai bintang model produk tertentu. Setidaknya semakin banyak orang yang
melihat kecantikan dan keseksianku semakin bagus.”
Oh!
Wanda benar-benar berada di tingkat 15, pada skala narsis 1-10.
“Dasar
bodoh! Bisa saja juru peretas mafia kupu-kupu menangkap siaran langsungmu,
lewat mata si boy yang sedang mengirimkankan tayangannya kepada pak Jan! Para pengejarmu yang jaringannya internasional akan
datang ke sini semua untuk menangkapmu!”
“Oh...?”
Wanda menghentikan gerakan centilnya. Dia
terkejut. “Tapi jika memang demikian, kenapa aku masih –aman- di sini?
Kalau memang dia berniat melindungi kita, pasti si Boy di program untuk
merahasiakan keberadaan kita juga, bodoooh.” Dia menekan telunjuk yang ramping
nan indah ke jidat mancungku.
Jelaslah
kini aku yang kehabisan kata-kata.
***
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar