Minggu, 06 Mei 2012

Catatan Turi: MOBIL BERBAHAN BAKAR URINE?


Waktu aku baca berita ini, sepertinya pasir diotakku langsung bekerja berat, mencoba memahami setiap kata di dalamnya. Walau masih remaja, rasanya otakku ini mengalami kelainan. Kalau ia (otakku) mengalami pengaratan dini, maka ia (otakku) mengalami kegagalan tumbuh.

Jadi aku copas saja beritanya, supaya kamu –menyimpulkannya sendiri-.

Karya inovasi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 10, Kota Malang, Jawa Timur, tentang Photo Electro System yakni mengubah urine menjadi listrik menyabet medali emas pada lomba teknologi International Young Inventors Project Olympiad (IYIPO) di Georgia. 

Siswa kelas 2 yang mengharumkan nama bangsa sekaligus mendapatkan prestasi internasional itu Nurul Inayah dan Nando Novia. Kedunya menyisihkan 101 peserta dari 40 negara. 

Nurul Inayah, pelajar tsb,  menjelaskan penelitian selama tiga bulan ini mengubah urin menjadi hidrogen dan memanfaatkan listrik tenaga surya untuk menggerakkan mobil remote kontrol. Prinsip kerjanya adalah listrik bertenaga surya disimpan dalam baterai lithium untuk menggerakkan motor. 

Menggunakan alat elektrolizer, lanjutnya, energi listrik sebesar 75% untuk engin penggerak roda. Sisanya digunakan dalam proses elektrolisasi yakni mengubah elektrolit berupa urin untuk menghasilkan gas hidrogen dan nitrogen sebagai limbah yang dilepas ke udara. 

Selanjutnya gas hidrogen dialirkan ke fuel cell. Terjadinya reaksi penggabungan antara hidrogen dan oksigen itu menghasilkan listrik. "Listrik dialirkan ke proton exchange membrane fuel cell untuk mengikat proton. Sehingga hanya elektron saja yang disimpan dalam baterai dan menjadi listrik untuk penggerak motor," katanya. 

Agar mendapatkan hasil optimal, harus dipilih urin dari manusia sehat. Pasalnya jika mengandung unsur gula atau kimia lain akan menganggu proses elektrolisasi. 

Dipilihnya urine dalam proses elektrolisasi karena dinilai lebih efisien, hanya membutuhkan satu daya 0,37 volt. Bila menggunakan air, maka membutuhkan listrik 1,2 volt. Sehingga energi yang dibutuhkan juga lebih besar. Oleh sebab itu penggunaan air dinilai tidak efisien.  Proses elektrolisasi untuk satu liter urin hanya membutuhkan waktu selama 1,5 menit.. 


Hasil uji coba menyebutkan bahwa listrik yang dihasilkan untuk menggerakkan mobil remote kontrol ini mampu melaju dengan kecepatan 60 kilometer per jam sejauh 17 kilometer. 

Nando Novia, yang juga Ketua Dewan Riset Muda SMAN 10 Malang, menambahkan akan mengembangkan inovasi ini untuk diterapkan pada mobil berbahan bakar listrik. Ia memperhitungkan untuk keperluan itu hanya dibutuhkan dana Rp50 juta. Lebih murah dibandingkan dengan mobil hybrid seharga Rp215 juta,.tegasnya. 

Penerapan alat dengan cara solar cell dipasang di atap mobil. Sedangkan elektrolizer dan fuel cell dibenamkan di chasis mobil bagian depan sebagai pengganti mesin. 

Menggunakan baterai lithium 325 volt dan solar cell 200 watt, ia memperhitungkan mobil berbahan bakar urin ini mampu menghasilkan daya 100 hp/ 5.000 Rpm dengan torsi 125 Nm/3800 Rpm. 

Setelah karya ini diakui internasional, SMA Negeri 10 segera mendaftarkan hak paten sekaligus berharap Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan penelitian ini agar memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat. Media Indonesia. 

Bayangkan!
Bahan Bakarnya Urine! Sesuatu yang menjijikan. Jika memang ini bisa terwujud maka aku bayangkan:
  1. untuk sementara waktu masalah kehausan atas  BBM yang terbatas itu teratasi.
  2. Polusi carbon akan teratasi, karena mobil ini dirancang ramah lingkungan.
  3. Indonesia bisa kaya sebagai negara pemegang hak paten.
  4. Dunia pendidikan bisa maju karena terdorong euphoria ini.

Tapi selain hal-hal keren yang bisa terjadi tadi, kemungkinan buruk lain bisa saja muncul:
  1. Orang-orang sehat akan mengklaim urinenya sebagai komoditi berkualitas untuk diperdagangkan karena hanya urine sehatlah yang dapat berlaku sebagai elektrolit yang baik. Jangan berani-berani kau coba, urine yang mengandung gula, jengkol, pete, dan antibiotik yang dipakai.
  2. Outputnya? Memang tidak seganas output gas dari olahan bensin, tapi apa bisa menjamin bau gasnya? Apa akan terasa pesing? (sekali lagi, jangan coba-coba untuk para pemakan jengkol dan pete)
  3. Jika dirasakan ‘baunya’ cukup mengganggu, mungkin saja kau tersesat karena disorientasi gagal  membedakan antara lokasi lalu lintas, dan lokasi WC sekolah.
  4. Jika demikian, maka biodiesel yang berasal dari minyak goreng restoran Ayam goreng, akan menjadi favorit, karena ini akan mengubah aroma lalu lintas menjadi aroma KFC.

Menurutmu...?

Tidak ada komentar:

Translator: