Kamis, 27 Februari 2014

INISIASI

MASUK HIMPUNAN

Tiada cara lain masuk himpunan itu selain dengan Ospek jurusan. Di jurusan Biologi mungkin namanya agak ‘lembut’, kau bisa mendengar kata yang indah di sana: DIKSAR. Pada dasarnya kegiatan semacam ini, untuk mahasiswa yang berpandangan positif, adalah salah satu cara untuk lebih merekatkan hubungan sesama angkatan. Maklum, kehidupan PTNQTA itu sering menuntut kemandirian, sehingga tak jarang melahirkan manusia individualis, egois, kurang humanis hingga akhirnya melahirkan kisah miris nan tragis.
            Di kegiatan semacam ini kita menjadi tahu sedikitnya karakter teman-teman. Memang untuk yang berkepribadian kuat, ditekan dalam situasi apapun, dia tetap bisa hadir sebagai pribadi yang penyayang, penyejuk.
            Walau ritual squad jump, jalan bebek di tanjakan, push up, sit up, dibawah bentakan-bentakan senior layaknya sirine salah tujuan. Maka untuk si pribadi ‘bunda Theresa’ tetap hadir sebagai penyejuk.
            Saat teman-teman lelah fisik dan mental. Tipe ini datang dengan suara mendesah, lembut, menggoda:
            “Minum? Permen? Lapar? Roti? Rendang? Mie Ayam? Jus jeruk? Es campur? Es doger?”
            Hingga situasinya nampak absurd. Ini Ospek atau restoran?
            Lain waktu suara mendesah, lembut ini berbunyi mencoba membangkitkan gairah temannya yang loyo.
            “Masih kuat kan? Ayo... pasti bisa! Istirahat dulu? Perlu pijat? Sauna?”
            Aku juga bingung, ini ospek atau Spa?
            Ketika senior mendatanginya dengan gaya marah, dengan ramah si ‘Dewi Pengasih’ ini menjawab: “hati-hati ya mas, mbak, kami ini dalam posisi teraniaya, jika kami berdoa, maka doa kami makbul.”
            “Maksud, kamu apa? Ngancam?”
            “Mana berani saya mengancam, kakak yang mulia? Saya cuma menyampaikan hal penting, karena saya juga sayang kakak-kakak.”
            Ah! Seandainya benar jaman dulu ada orang gila seperti ‘Dewi Pengasih’ ini ikut ospek, pasti dunia kampus terasa damai tentram. Tapi tentu saja tak akan ada kesan mendalam tentang ospek.
***

Korban Ospek

          Sampai hari ini, korban jiwa karena Ospek di berbagai perguruan tinggi,  tetap saja menghadirkan angka statistik yang ajaib. Aneh juga, karena kesalahan seperti ini sering terulang. Sebenarnya aku malas mengingatnya. Tapi tidak bisa lupa. Ketika seorang mahasiswa baru polos lugu, tertindas memasrahkan jiwa raganya pada senior, kita tak bisa menutup mat begitu saja.
            Entah seperti apa Ospek PTNQTA saat ini. Aku harap, ospek tidak lagi berisi kekerasan yang hanya menanamkan luka dalam, dendam membara.
            Syukurlah separah-parahnya Diksar, paling banter hanya meninggalkan luka lecet di panggul akibat diet maksa saat episode survival. Cukuplah kita menderita panggul tanpa daging yang menyangga ikat pinggang tentara tempat menggantungkan botol minum. Bagiku cukuplah seperti itu.
            Karena ada siswa yang proses menjadi kurusnya mengerikan. Ibarat awalnya dia berupa bacang, lalu lemaknya tergerus hingga menjadi ‘lontong’ lalu menjadi loli pop. Besar di bagian kepala, dan tipis dibagian batangnya. Mengerikan!
            Maka kau bisa menebaknya, saat senior menyuruhnya membuka gasper tentara yang besar itu, seorang senior langsung berteriak:
            “Aku bilang buka gaspernya! Bukan buka celananya!”
            Yah, bagaimana lagi, pinggangnya telah hilang untuk menyangga celananya! Jadi dia harus dibantu tali rafia agar bisa melakukan aktifitas berikutnya.
            Tapi aku bisa mengingat hal manis lain,  suara temanku yang selalu optimis dibalik sifat pasrahnya saat dijajah. Katanya: “Asyik! Sekarang aku bisa pake jins super ketat lagi.”
            Segalanya memang selalu ada hikmahnya, bukan?

***

Tidak ada komentar:

Translator: