Mestinya kata ‘Bersama’ itu
beraroma manis. Tapi tidak untuk MOB PTNku. Apa manisnya? Lari berbaris sepanjang
ribuan mahasiswa baru, dipamerkan sepanjang jalan Dago, Dipatiukur. Berhenti di
depan kampus PTNmereka di Dipatiukur. Tak lupa menggemakan lagu baru bersyair
mengundang tawuran: PTNmee-ree-kaa... BE-UU-TE-UU-TE. Kami kira: ‘Asyiek
nih sebentar lagi pasti tawuran!’ Peperangan pertama, seperti yang selalu kita
bayangkan.
Nyatanya yang terjadi
adalah sorak sorai sambutan gembira dari para tuan rumah (mahasiswa PTNmereka) yang
berjejer di pagar.
Berarti, tak diperlukan diplomasi sama sekali untuk
menghentikan peperangan (tawuran). Dengan catatan lawan kita atau musuh kita:
BUTA HURUF.
Sesuai namanya, alangkah
serunya bila MOB itu dijadikan semacam permaian petak umpet antar jurusan. Semacam rebut, merebut benteng.
Seperti permainan Benteng Takeshi.
Tujuannya
jelas sekali, menghapal peta PTNku, suatu saat pasti berguna untuk memangkas
jalan bila kita mengejar waktu kuliah dari gedung A, praktikum di gedung B,
Bimbingan di gedung X, janjian dengan gebetan di gedung Z. Parkir di lapangan
Timur. Tentang parkir ini tak perlu kita pikirkan. Kita cuma perlu jalan sekian meter dari kamarnya,
dan di jalan raya sudah banyak sopir berikut angkot yang bisa dipilihnya.
Sederhana.
***
TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB)
Hanya segelintir mahasiswa yang menganggap TPB sebagai Tahun Pertama Bahagia. Itu
artinya akan ada ‘Tahun Kedua bahagia’? atau hanya tahun pertama saja yang
bahagia?
Selebihnya menerjemahkannya
menjadi: Tahun Pertama Berkenalan.
Buat para putra daerah
yang berasal dari pelosok Nusantara, TPB mungkin menjadi Tahun Pertama Bertahan.
Ada kisah seorang
putra/putri daerah bisa saja masuk PTNku karena prestasinya dalam bidang
olahraga. Berbekal tekad besar menjadi orang besar, Si Atlet dari daerah, pergi
dengan segala doa dan sanjungan orang sekampungnya. Ternyata di TPB
PTNku si Atlit menghadapi rintangan pertama yang tak pernah ia
duga. Biaya hidup, pelajaran, dan pergaulan. Betapa takjubnya ia melihat gerombolan mahasiswa/siswi dari SMA Jakarta
dan SMA Bandung bertemu riang-gembira dengan temannya.
Kemana kaki melangkah, si
orang Bandung atau Jakarta seolah bisa menemukan teman di mana saja. Sesama
alumni SMA, alumni SMP, alumni SD, dan yang tak jarang ditemukan juga teman
sesama alumni TK.
Sementara si Atlit daerah
harus memulai dengan percakapan yang gagu untuk mendapat kenalan. Lalu si Atlit
Daerah akan mendapat jawaban ‘Ooo’ yang panjang setelah si Atlit Daerah menerangkan
darimana dia berasal. Seolah nama daerahnya tak ada di dalam Peta Indonesia
Raya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar