Sabtu, 22 Februari 2014

Masa Orientasi Bersama (MOB)


Mestinya kata ‘Bersama’ itu beraroma manis. Tapi tidak untuk MOB PTNku. Apa manisnya? Lari berbaris sepanjang ribuan mahasiswa baru, dipamerkan sepanjang jalan Dago, Dipatiukur. Berhenti di depan kampus PTNmereka di Dipatiukur. Tak lupa menggemakan lagu baru bersyair mengundang tawuran: PTNmee-ree-kaa... BE-UU-TE-UU-TE. Kami  kira: ‘Asyiek nih sebentar lagi pasti tawuran!’ Peperangan pertama, seperti yang selalu kita bayangkan.
            Nyatanya yang terjadi adalah sorak sorai sambutan gembira dari para tuan rumah (mahasiswa PTNmereka) yang berjejer di pagar.
            Berarti,  tak diperlukan diplomasi sama sekali untuk menghentikan peperangan (tawuran). Dengan catatan lawan kita atau musuh kita: BUTA HURUF.
            Sesuai namanya, alangkah serunya bila MOB itu dijadikan semacam permaian petak umpet antar  jurusan. Semacam rebut, merebut benteng. Seperti permainan Benteng Takeshi.
 Tujuannya jelas sekali, menghapal peta PTNku, suatu saat pasti berguna untuk memangkas jalan bila kita mengejar waktu kuliah dari gedung A, praktikum di gedung B, Bimbingan di gedung X, janjian dengan gebetan di gedung Z. Parkir di lapangan Timur. Tentang parkir ini tak perlu kita pikirkan. Kita  cuma perlu jalan sekian meter dari kamarnya, dan di jalan raya sudah banyak sopir berikut angkot yang bisa dipilihnya. Sederhana.
***

TAHUN PERTAMA BERSAMA (TPB)

Hanya segelintir mahasiswa yang menganggap TPB sebagai Tahun Pertama Bahagia. Itu artinya akan ada ‘Tahun Kedua bahagia’? atau hanya tahun pertama saja yang bahagia?
 Selebihnya menerjemahkannya menjadi: Tahun Pertama Berkenalan.
            Buat para putra daerah yang berasal dari pelosok Nusantara, TPB mungkin menjadi Tahun Pertama Bertahan.
            Ada kisah seorang putra/putri daerah bisa saja masuk PTNku karena prestasinya dalam bidang olahraga. Berbekal tekad besar menjadi orang besar, Si Atlet dari daerah, pergi dengan segala doa dan sanjungan orang sekampungnya. Ternyata di TPB PTNku si Atlit menghadapi rintangan pertama yang tak pernah ia duga. Biaya hidup, pelajaran, dan pergaulan. Betapa takjubnya ia melihat gerombolan mahasiswa/siswi dari SMA Jakarta dan SMA Bandung bertemu riang-gembira dengan temannya.
            Kemana kaki melangkah, si orang Bandung atau Jakarta seolah bisa menemukan teman di mana saja. Sesama alumni SMA, alumni SMP, alumni SD, dan yang tak jarang ditemukan juga teman sesama alumni TK.
            Sementara si Atlit daerah harus memulai dengan percakapan yang gagu untuk mendapat kenalan. Lalu si Atlit Daerah akan mendapat jawaban ‘Ooo’ yang panjang setelah si Atlit Daerah menerangkan darimana dia berasal. Seolah nama daerahnya tak ada di dalam Peta Indonesia Raya.
***





Tidak ada komentar:

Translator: