Sabtu, 13 April 2013

MASIH ADAKAH GURU ANGKER? (bagian 2)




Kenangan pahit yang lalu itu kini terasa manis, bagaimana tidak terasa pahit? Guru J, tanpa dia berlaku galak saja sebenarnya sudah mengerikan penampilannya. Setidaknya di mataku, anak kurang gizi, yang gagal tumbuh, dia nampak besar, berambut dan berwajah barong. Memang nampaknya aku seperti murid kurang ajar ya? Sementara aku ngos-ngosan mengatur nafas, karena berlari cepat guna menyampaikan titipan jajanannya berupa es, aku sudah harus mengerjakan  soal-soal latihan yang tertinggal.

Kulirik gelas es campur yang berdiri menantangku. Bulir-bulir embunnya engundang air liurku. Kuikuti gerakan gelas itu, tentu saja menuju mulut Guru J yang duduk tepat di depanku itu. Guru J menyeruputnya, lalu dengan menyeringai dan sengaja dia enggodaku: “ kenapa? Mau Ci?”
Waktu itu tentu saja aku malu. Beribu kata sumpah serapah kalut di kepalaku. Jelas aku terganggu konsentrasinya.

Di Kelas 6, wali kelasku terkenal angker juga. Namanya pak Bambang. Hampir sepuluh sebelas dengan guru J. pak Bambang ini tak perlu bicarapun, kami sudah merasakan keangkerannya. Kulitnya gelap, wajahnya sangar, dan bibirnya melengkung ke bawah. Jarang sekali kita melihat bibirnya melengkung ke atas.

Tapi padanya kami benar-benar hormat, setulusnya. Bukan karena takut. Dengan caranya yang tegas, dia berhasil menegakan disiplin kelas kami. Dengan ketekunannya dan ketelatenannya, (aku tidak bilang dia cukup sabar ya) dia berhasil mengasah otak kami yang buntu di atematika. Di tahun 80-an, dia cukup aneh dengan metodenya meanggil anak untuk mencongak/menghitung di luar kepala dengan berdiri di depan kelas. Ampun deh. Maka inilah yang disebut Angker jilid 2 setelah berteu dengan guru J di kelas sebelumnya.

ASTAGA!  Baru setelah lepas SD, aku merasa begitu lega tak menemukan guru semacam guru  J  lagi. 

Sebenarnya sebagai guru ada banyak cara untuk mengantarkan anak-anak didiknya ke jenjang lanjut, selain dengan cara kengerian?

Aku selalu salut dengan guru yang berhasil membuat seisi kelas mengerti pelajarannya. Karena dia mampu menemukan cara pada 40an siswa yang daya serap dan moodnya sangat beragam.

Tidak ada komentar:

Translator: