Rabu, 10 April 2013

Masih adakah Guru Angker?


Memang tak ada yang tetap dunia ini. yang tetap dan konsisten adapah Bumi selalu berputar pada porosnya. entah apa yang terjadi bila bumi tiba-tiba berhenti.

Dalam sejarahnya hubungan siswa dan murid pun mengalami banyak pergeseran. Jaman Penjajahan hingga era kemerdekaan sosok guru adalah sosok yang mulia, dihormati, dikagumi. Seseorang yang berstatus Guru, akan menyandang tempat terhormat di manapun ia berarada.

Di tahun 76an, saya masih ingat , kami menunduk hormat sambil mengucap salam: "Pagii bu/pak."saat melihat seorang guru memasuki halaman sekolah. Budaya cium tangan sama sekali belum saya kenal. Tak sekali dua kali saya merasakan rambut saya dielus sayang sang bu Guru. Tanpa bicara dia mengambil payung yang tergulung kacau dari tanganku, dengan senyum hangat, dia mengajariku melipat payung. Pengalaman yang manis sekali.

Berbeda sekali Di tahun-tahun sebelumnya, saat mbakku bersekolah di SD yang sama. yang aku ingat hanya cerita sadis sosok guru J. Mbakku yang penakut saat kecil itu, cukup takut dan stress saat guru J ini memnjadi guru kelasnya. Gaya mengajarnya yang tak sabaran membuat anak-anak begitu takut. Tak sekali saja guru J menoyor kepala murid bila muridnya tak mampu berhitung. Tak aneh Mbakku yang manis tak bisa menahan pipis saat seorang murid lelaki jahil menyembunyikan jangkerik di kolong tempat tas mejanya. Jangkerik itu bernyanyi nyaring di kelas horor, di tengah guru J berdiri, di kesenyapan situasi angker.

"Siapa yang bawa Jakerik?! siapa!..." si guru J berlalu lalang perlahan. langkahnya melecut detak jantung. Dan mbakku tak mampu menahan dirinya untuk mengompol.

Di lain waktu, guru J bisa memanggil murid, dan memerintahnya untuk membelikannya minuman dingin, es campur, atau roti bakar, untuk di makannnya di dalam kelas. Oh... merdekanya!


Hari  ini, masih adakah guru macam ini?

...... bersambung ya....

Tidak ada komentar:

Translator: