Rabu, 25 Mei 2016

Novel, Fiksi Sains, TELELOVE. Kesit Susilowati. Putri. 1. MEMBURU PAGI. Bagian 2.

Putri. 1

Orang pintar itu biasa disebut Ilmuwan. Isi otaknya luber, karena mereka terlalu pintar. Tapi kebanyakan  emosi, dan tingkat keimanan mereka mengenaskan. Tak ada hal yang dapat mereka pegang atau jadi tumpuan, selain hawa nafsu. Nafsu untuk memuaskan isi otak mereka yang luber.
            Tidak semuanya buruk tentang mereka. Para Ilmuwan  ini telah membuat negara dan rakyatnya ‘nampak ‘ hidup sejahtera dan nyaman lewat inovasi-inovasinya.
             Kulihat  para penguntit itu semakin dekat. Bahkan dari sisi kiri dan sisi kanan mulai mengambil gerakan akan menyeberang. Apalagi gerak kendaraan di jalan melambat, menuju macet. Aku harus cepat. Aku  berbalik menyeberang begitu mereka berempat ada di tengah jalan ini. Aku mencari tempat-tempat keramaian. Karena setidaknya orang akan berpikir dua kali bila melakukan kejahatan di tempat ramai. Aku berusaha menggiring mereka ke tempat-tempat dimana CCTV terpasang. Agar bila sesuatu terjadi padaku, peristiwa kejahatannya terekam disana. Tapi tak mungkin, aku harus cepat bergerak. Toilet umum! Tentu saja itu tempat sembunyi yang ideal. Tapi aku tak mungkin lama di sana.
Aku masuk ke toilet hanya  untuk  membalikkan jilbabku, hingga bagian dalam ada di luar. Mengganti warna hijau menjadi warna salem . Jaketku yang merah polos bagian luar, aku balik juga menjadi jaket motif boneka, berkain lusuh. Aku tak peduli lagi dengan noda getah yang tak mungkin hilang membentuk sebuat pulau di punggungku.
Aku sengaja berbaur dengan keramaian dan sesaknya pasar pagi yang sibuk. Orang-orang berteriak-teriak dengan toa menawarkan dagangannya. Musik hingar bingar saling beradu nada dengan orang-orang yang tawar menawar.
Aku buka lagi penyerentaku menyalakan aplikasi kamera, untuk melihat gambaran di belkangku. Aku bisa lihat, mereka celingukan dan marah-marah. Mulut mereka komat-kamit bicara dengan head set yang tersembunyi secara rapih di balik kerah jaket.
Aku lihat seorang dari mereka mengeluarkan alat berantena. Apa itu? Oh mereka menggunakan pelacak suhu tubuh atau detak jantung hewan target. Teknologi  yang dipakai para pemburu binatang, Interpol, polisi, agen rahasia,  untuk melacak buruannya.
Nyaris aku tertawa sendiri. Dasar bodoh! Mereka menggunakan alat itu di pasar seramai ini? Di tempat ratusan jantung berdebar tidak karuan, ratusan suhu tubuh berseliweran. Alat itu hanya cocok dipakai di tempat sepi.
Aku menatap layar penyerentaku. Melihat mereka berjalan menujuku. Apa? Mereka menemukan aku? Dengan alat itu? Tuhan! Bantu aku untuk berlari lebih cepat lagi.
Kukejar bis yang baru saja berhenti di halte depanku. Aku tak peduli lagi kemana tujuan bis ini. Kugapai Bis yang berjalan perlahan, aku naik dengan lincahnya. Kelincahan dan ketrampilan mengejar dan naik bis memang wajib dimiliki oleh  Penduduk megapolitan .

Kulihat para pengejarku dibelakang berdiri tanpa daya

Tidak ada komentar:

Translator: