Selasa, 31 Mei 2016

#Novel #Scifi #Dystopia. TELELOVE Bagian 6.Kesit Susilowati

PUTRI. 3.
SI BOLA BEKEL

Tap. Telpon genggamku mati. Alamak! Naik tangga? Setelah marathon yang diteruskan dengan sprint lalu naik tangga? Bagus! Setidaknya kalau aku sampai dipecat dini, aku sudah berlatih menjadi atlit.
Aku langsung lari menuju tangga darurat. Dua anak tangga aku lalui sekaligus.
Lantai delapan.
Pfuh... akhirnya sampai juga. Tepat di depan pintu Lift nakal itu. Kuhela nafasku. Oksigenku harus cukup, sebab aku akan menghadiri rapat  pertamaku, sebagai pekerja magang di perusahaan iklan.
Sampai diantai ruang rapat, aku  diam sejenak. Menghirup nafas setenang mungkin. Saat yang sama, di depanku pintu lift  membuka. Dia, lelaki misteriusku keluar dari sana. Sial! Liftnya berarti membuka saat aku lari tadi. Ya Tuhan kenapa kau biarkan aku menyia-nyiakan tenagaku? Kenapa kau biarkan aku melewati kesempatan berdua dengannya di lift. Sial.
 Dia, si tampan itu,  melihatku. Aku tak tahu rupaku seperti apa. Yang ku tahu dia menengok ke arah lain. Tapi lewat cermin dekorasi, aku tahu dia tersenyum dan matanya mengkerut. Dia pasti menyorakiku karena berlari-lari lewat tangga, sementara liftnya ‘baik-baik’ saja. Sialan.
“Qon...!” dari jauh Kamila, teman baruku  yang cantik, mengibaskan tangannya dengan anggun. Gayanya yang berkelas selalu membuatku berangan-angan, andai aku seperti dia, maka akan seperti apakah dunia di sekelilingku?
Dengan terburu aku memasuki ruang rapat yang sempit.
“Qon, Gimana sih?” Tanya pak Rudi mengaggetkanku. Dia adalah seniorku. Pria botak bertubuh atletis.
“Maaf sodara-sodara... hehe..” aku  bisa dengar tawaku mulai salah nada.
“Yah sudah lengkap. Pak Jan ini anak bawang itu. Qonita, pak Jan adalah pemilik usaha ini. Pak Jan  baru balik dari bawah laut.” Bu Kim mengenalkan seorang yang nampak akrab di benakku. Si muka pucat nan tampan yang misterius itu!
“Haaa...?” jantungku berdenyut lebih cepat, tak teratur, dan mungkin mau loncat dari selubungnya. Tuhan!
“ya ampun  Qon, hapus muka bodohmu!” Kamila berbisik gemas ditepi telingaku.
Maka begitu bisikan Kamila berhenti, segera wajahku kuputar seratus derajat, menjadi senyum Zombi. Tapi aku masih mendengar bisik  gemas Kamila “dasar kampungan.”
“Mana konsepnya?” Lalu volume suara Kamila beranjak normal. Kamila nampak tersenyum manis. Tapi aku tahu sebenarnya dia tak sabar menghadapi gaya patungku. Terhadapku, Kamila selalu tak sabar. Tapi tunggu dulu, dia bilang apa tadi?
Konsep? Konsep apa?
Aku baru sadar dan membuktikan bahwa jatuh cinta adalah penyebab utama kebodohan. Ternyata kebodohan bukan karena faktor genetis atau kesalahan kurikulum pembelajaran. Karena begitu melihat pak Jan, lelaki misteriusku, otakku langsung berhenti bekerja. Jatuh cinta bisa jadi penyebab salah satu kerusakan otak. Kini aku sedang merasakannya.
“Dia telah menyiapkan dengan detil pak.” Suara Kamila terdengar empuk. Aku melirik Kamila. Apa maksudnya ‘menyiapkan dengan detil’? Bukankah semua konsepnya Kamila  yang  menyanggupi untuk membuatnya? sebagai tim kami telah menyepakatinya. Aku  sudah menangani bagian survey pasarnya. Dia yang merancang konsepnya.
Hah! Ini pasti serangan dhuha (bukan fajar). Karena aku melakukan pencegahan ‘pencurian hak intelektual dan kreatifitas’ dengan menolak mengirimkan file rancanganku –yang belum aku buat-! Karena aku baru tahu manusia seanggun Kamila ini adalah mahluk jadi-jadian di kantorku. Srigala berbulu domba. Parahnya aku pernah terkena tipu olehnya. Maksudku masuk perangkapnya, saat pertama dulu kukirimkan file gambar konsepku, keesokan harinya aku menemukan gambar kamila dengan alur konsepku di layar ‘promosi kreasi terbaru’ untuk para desainer iklan junior.
Aku harus bagaimana? Berteriak pada semua yang hadir dan bilang bahwa itu karyaku yang dibajak? Apa buktinya? Gambarku dan gambar Kamila sangat berbeda gaya.
Jadi saat aku dipanggil untuk mempresentasikan iklanku dengan gambarku yang ‘serupa tak sama’ apa yang harus aku lakukan?
Saat itu aku cuma bisa bilang “Maaf…”
“Cepatlah Qon...!” kini suara tak sabar bu Kim terdengar diujung meja.
“Oh... eh...” kuketikan dengan cepat sesuatu yang melintas di kepalaku. Semua yang hadir disini bisa melihatnya melalui dinding layar.
“Haaa... apa yang kau buat?” Tanya pak Rudi keras seperti biasanya.
“Nah itu... yang tulisan ‘iklan susu!’” Kamila menujuk dengan laser dari bangkunya. Sial! Kenapa penunjuk kursor lesernya ada ditangannya?
Aku tak yakin. Tuhan, benarkah aku baru saja mengetikkannya? Tuhan pasti tahu. Tuhan... katakan pada mereka...
Aku menarik nafas. Tenanglah, aku pasti bisa. Ini dia  prolog iklannya.


SUSU
oleh
QONITA



Dari:
CITRA INDAH C.O
Partner anda untuk ek$i$



Latar belakang
Kejenuhan pasar terhadap produk yang sama



Tujuan
Merekayasa pencitraan terhadap ASI isi ulang



Konsep:

Adegan 1:
?
?



“Dasar narsis!”
Wajahku merona.
“Huuuuf...” seorang senior wanita, mbak Runi,  melorot dari sandarannya.
Aku mengkerut.
“Hahahaha... lucu... kalo dari jauh terbaca ‘Susu Qonita’” kulihat  Rudi dengan suara kerasnya sambil  menyenggol teman sebelahnya.
Aku malu.
“Hahahaha...” temannya menggeleng-geleng kepala. 
Aku malu sekali.
“Lha adegan-adegannya mana?”
“Apa-apaan ini?” Lidah api bu Kim, bergerak. Maka gempalah! Maksudku pasir diotakku menerjemahkannya seperti gempa. Kau tak usah bingung, aku sering mengalami keanehan seperti ini. Sebuah respon berlebihan dari kepanikan akutku.
Oh Tuhan! duhai Maha Kreatif... kenapa Kau tidak menciprati aku dengan setetes inpirasi saja?
Tak ada jawaban dari Tuhan. Tapi aku diam saja. Aku tunggu Tuhan meneteskan anugerah inspirasi di otak pasirku.
Kini kurasakan kejatuhanku. Aku tak punya ide apapun. Sepertinya otakku ini hanya berisi pasir. Pasir yang akan mengalir lewat telinga saat aku memiringkan kepalaku.
“Te... te... tenang sodara-sodara.” Aku mulai mencium angin kekacauan di meja ini. Hanya Kamila yang tersenyum. Kamila tersenyum? Oh... oh... aku mencium bau busuk dikepalanya.
“Masih ada,...” Kumainkan kursorku. Tuhan, jika kau tak mengabulkan doaku, setidaknya Kau kabulkanlah doa ibu Ratija, ibu kesayanganku yang aku yakin dia sedang sujud dhuha,memohon padaMu untuk kelancaranku hari ini.

Gambar 1 : Pose ibu menyusui balita.
Gambar 2 : Pose sapi menyusui anaknya.

Gambar 3 : Pose Sapi menyusui anak manusia.

Tidak ada komentar:

Translator: