Jumat, 08 Juli 2016

TELELOVE bagian 35

PUTRI. 13

SANG BINTANG JATUH



“Qonita! ‘rapat jarak jauh’ di ruang audio!” Kamila, seperti biasa, memberi kejutan –sengatan listrik, 4786 watt.[1] Ajaibnya  aku masih hidup! Sengatan listrik itu hanya membuatku shock, bingung, dan panik mendadak. Sementara bisa diperkirakan,  pasir dalam otakku mendadak gosong.
            “Ha?!” aku harus ekstra berhati-hati, terutama setelah dipergoki aku numpang di mobil pak Jan. Bisa jadi Kamila iri, cemburu, berburuk sangka. Pendeknya Kamila tambah sebal padaku.
            “Hapus muka bodohmu! merusak citra perusahaan saja.” Dia menarikku tanpa persiapan.
            Di ruang auditorium, telah menanti beberapa kru kami. Tring! Aku baru ingat, ini adalah pertemuan dengan pihak produsen susu isi ulang itu. Proposal yang aku buat saat hari naas itu! Tapi aku sudah mengirimkannya bukan?
            Aku lirik Kamila. Benar dugaanku, dia sepertinya sedang menyimpan senyum kemenangan. Dia pasti sedang menjebakku, lagi.
            “Dan Ini hasil pekerjaan anak baru kita. Adik kita yang manis, Qonita.”
            Tiba-tiba lampu sorot menghujaniku. Tepuk tangan bergema, lagu klasik The Queen ‘We are The Champion’ mengumandang.
            Aku pasti mimpi. Pasir dalam otakku pasti kumat. Mereka salto dan membuatku mengalami dilusi optik.
            Kamila menyeretku naik ke atas mimbar, mendampingi bu Kim yang tersenyum sumringah. Sebelum aku siap apapun mulut bu Kim terbuka dan menghamburkan aneka bunga-emas-intan-berlian-parfum, hhmmm,  mulutnya seperti bagian dari pintu surga:
            “Siapa menyangka anak seculun ini menyimpan sebongkah berlian di hatinya hingga menerangi pikirannya yang gelap gulita. Qonita, kami sungguh mengharap ini bukan gebrakan terakhirmu.”
            “Selamat ya, ini adalah pertama kalinya perusahaan ini mengangkat pegawai tetap sekaligus memberikan penghargaan.”
            “Berlian bintang Bewara.”
            Gema riuh rendah. Sorak sorai teman-teman di kantorku. Tepuk tangan elegan para pembuat kebijakan kantor.
            Benarkah? Benarkah?
            “Karena atas idemu, dan kerjasama tim yang baik, dukungan dewan penasihat, hanya dalam waktu dua minggu kita bisa menggaet lima rekanan sekaligus.”
            “Haaa...” aku bisa merasakan mulutku menganga lebar. Secepat itu?
            “Produsen Android.” Suara keras Pak Rudi mengagetkan aku. Membuat aku tersedak.
            “Produsen Susu anak.” Maria menepukku dari belakang.
            “Produsen Pampers.” Suara Anita yang lemah lembut menimpahi.
            “Produsen Kosmetik bayi.” Suara keras Pak Rudi menelan suara tawa merdu Anita.
            “Dan iklan layanan dari Kementrian social, sekaligus Kesehatan masyarakat.” Suara keras pak Rudi memang mendominasi kami para wanita.
            “Adik kembarmu akan segera menjadi ikon ‘peduli kasih sayang anak yatim piatu’.” Anita mengangkat gelas tingginya mengajak yang lain bersulang.
            “Haaa?”
            Bruk! Dan semuanya gelap. Mungkin ini yang namanya pingsan.




Bersambung



[1] Sengatan listrik adalah bahasa hiperbolaku. 

Tidak ada komentar:

Translator: