PANGERAN.
4
HUTAN BUATAN
Yah, berteman dengan dokter Rut
memang sering membuatku bingung. Dan bila aku terlalu keras memikirkan
percakapan kmi, biyasanya aku jadi mengkelupas. Aku tidak mau itu terjadi. Jadi
aku menghindari berpikir keras.
Rerumputan Gajah gemerisik, tak mampu
menyembunyikan pergerakan sekolompok orang yang berjalan mengendap dibawahku.
Lariiiiiiiiiii...!-
sang pemimpin kelompok pemakan
rumput membuyarkan banteng-banteng
betina yang tertidur pulas.
Bruk!
Toloooooong...!-
suara seorang wanita dari kelompok pemakan rumput, menjerit.
Lanjutnya terdengar teriakan
hysteris memanggil-manggil pertolongan hingga hilang suwaranya.
Lalu
suara lolongan nyeri itu berganti dengan bunyi geraman orang menikmati makan. Kecipak-kecupuk
banjir liur dan kibasan lidah.
Semuwanya
berlangsung tepat dibawahku. Bgitu cepat. Kengeriannya membuat aku takut.
Jantungku seolah menjadi liar berdegup. Aku juga marah, aku jijik, dan aku merasa akan menkelupas.
Aku
tak mampu menahannya. Gatalnya mulai menyerang.
Oh dokter Rut!... jangan
mengelupas sekarang! karena bila sisikku luruh, lalu jadi hujan sisik di atas
para haus darah itu, maka akan...
Smakin
kepalaku berkira-kira tak karuan dengan cepat, semakin aku gatal. Gatal dan gatal.
Cakarku mulai gelisah. Aku ingin menggaruk.
Dokter
Root, tak bisakah kau mengantarkan suntikan anti sakitku –SEGERA!-?
Masabodohlah!
Aku harus menggaruk, daripada aku... aku.. kuhentikan garukanku saat kusadari
sisikku mulay luruh. Jatuh melayang.
Jika swasananya ‘normal’ kmu akan melihatnya
sebagai pemandangan yang indah. Sisikku yang mengkilat itu, kata dokter rut,
kimia didalam sisikku akan memantulkan
warna cahaya, ungu, biru benhur, hijau tosca. Berpendar indah.
Kta dokter Rut pewarnaan ini dimaksutkan
agar aku bisa menyatu dengan hutan. Maksutnya, pemangsaku tak kan bisa membedakan antara aku dengan
pemandagan sekitarku. Begitu.
Kmu
tahu Kimiya itu apa? Aku tida tahu, tapi dokter rut sering mengucapkannya.
Tapi
jika mahluk-mahluk gila darah yang melihat guguran sisikku, aku tak tahu apa keindahannya masih terasa.
Aku ta ingin membayangkan bahwa
pesta daging segar mereka menjadi pesta semalam suntuk setelah melihat hidangan
lain di atas sini.
Glek!
Kepingan
sisik pertama jatuh di atas ‘korban’. Lalu disusul dengan kepingan-kepingan
sisik yang lain. Hingga mereka menengadah, matanya langsung menatapku. Lalu Dia
menyeringaiku, menampakan susunan gigi taringnya dan sebagian wajahnya yang
berlumur darah.
Lalu akupun terkencing-kencing. Lalu Tepat
mengenai kepala salah seorang dari pemakan daging itu, lalu menciprati yang lainnya.
Mati
aku! Matilah aku!
HHhhhgggrrrhhh-
derum gelegar bunyi dari lehernya keras juga.
Sabar
sobat, kita harus berhenti makan sebelum kenyang bukan? Kata yang lain.
Terima
kasih hoi yang di atas sana ...
kau telah menambah meriah pesta kami... hahahaha.
Hhhhgggrrrhhhrr...
temannya yag lain menggetarkan urat lehernya.
Iya,
hahahaha... temanya yang lain tertawa mengerikan.
Aku
cepat melompat ke pohon sebelah, ke pohon sebelahnya lagi, hingga aku merasa
aman untuk mengelupas dengan tenang.
Dokter Root, apa kau sedang
mengamatiku di layar intainya?
Begitu teganya kau!
****
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar