PANGERAN.
12
REVOLUSI KEMAMPUAN
Percayakah kmu, sentuhan ksih
sayag mebuwat orag bahagiya
lalu menjadikan pintar?
Aku percaya.
Maret.
10
Maka mulailah aku tinggal sebagai
penghuni ilegal di rumah ibu Ratija. Sebuah rumah sempit yang sesak oleh
kehangatan. Sangat berbeda dengan lingkungan hutan buatan, yang berudara segar,
damai, sejuk, tenang, kaya akan sinar matahari di waktu pagi hingga sore, di
sini aku jarang sekali bisa menatap matahari. Gedung-gedung apartemen yang
tinggi ini dibangun berdesakan, hingga kau nyaris tak mendapatkan sinar
matahari kapanpun karena bayangan gedung sebelahnya menyelimuti jendelamu.
Karena terlalu berdesakan kau bisa mengintip jendela kamar di gedung
sebelahnya. Selain itu kau dapat mencium aroma masakan dari dapur gedung
sebelah. Bahkan diwaktu malam kau bisa samar-samar mendengar kekacauan suara TV
dan obrolan orang yang timbul tenggelam dari gedung sebelah. Bahkan bila kau
mau, kau bisa menjelajah seluruh area
kumuh ini tanpa menginjakan kaki di tanah, cukup dengan melompat dari atap ke
atap antar gedung. Dari balkon ke balkon.
Mulanya aku sulit beradaptasi
dengan cara hidup seperti ini.
Tapi
kata ibu Ratija, sepertinya TUHAN telah mengatur pertemuan kami. Tepat sebelum
aku datang, Mreka ditinggal oleh sorang gadis. Kakak tertua mreka yang mreka
–sayangi-.
Kini
aku menempati tempat tidurnya. Sedikit kekecilan. Kakiku melampaui batas panjang
ranjangnya. Tapi bau selimutnya, wangi bantalnya, membuat aku tidur pulas.
Aku
harus sembunyi bila ada tamu, atau pengunjung datang. Tapi ibu Ratija, di depan
aku dan anak-anak, menjelaskan bahwa ‘aku harus disembunyikan’. Lalu dia
menerangkan bagaimana bila aku sampay tertangkap oleh polisi atow pemilikku.
Aku tidak akan menjadi ‘orang’ seutuhnya lagi.
Karena
aku –kabur lari- dari tempatku sebagai tawanan. Bukan manusia buatan yan bebas. Bukan orang bebas. Lewat ibu Ratija,
dan anak-anak, aku belajar tentang bangsaku. Merka mensebutnya sebagay mansis,
Manusia Sintesis, Kaum KW ataw BS, yang artinya, -tidak sempurna-. Dokter Rut, kau tahu, inilah pertama aku tahu
bagaimana posisi aku dan kau sesungguhnya.
Bahwa
secara warga negara, aku tak punya status sosial apapun.
Di
luar itu, bergantian dengan kegembiraan dan gairah yang aneh, kami saling
belajar. Ibu Ratija dan 9 kurcaci di apartemen sempit ini, membuatku semakin
seperti *Orang*!
Dokter Rut dan KW3 jika bertmu deganku pasti kalian akan
menemukan perbedaan yang banyak.
Ibu
Ratija mengajariku bkerja dan menjadi berguna. Sebagai ‘imbalan’ aku diberi
buah-buahan dan sayuran. Seperti jika dokter Rut memberiku makanan ekstra dan
kesukaanku bila aku berhasil menyelesaikan sebuah persoalan permaianan.
Jika malam aku tidur di tempat tidur Qonita,
kakak mereka yang pergi. Satu persatu
sahabat baruku akan mengendap-endap mendatangiku. Memberiku makanan yang mereka
sisihkan dari jatah mereka yang –sangat sedikit-.
Dokter
Rut, kmu pasti bingung. Bagaimana *orang* sejelek dan seseram aku bisa membuat mereka sayang padaku? Aku
juga tidak tahu jawabnya.
Satu
hal yang aku akan selalu ingat tentangmu dokter Rut, pesanmu agar aku selalu
belajar, kini aku lakukan dengan sungguh-sungguh. Dan aku selalu berterima
kasih, sebab walau tak bisa bicara, kau mengajariku bahasa isyarat, baca dan
tulis. Dan karena semua itu menjadi lebih mudah bagi Ibu Ratija yang mengajariku menggunakan
internet.
Lewat
internet, tiba-tiba saja dunia bagiku menjadi begitu luas. Dan lebih banyak
teka-tekinya.
Termasuk
teka-teki ini:
KENAPA DOKTER RUT TAK PERNAH
MEMBERI AKU PENGETAHUAN INTERNET?
Aku
pasti akan tanyakan ini bila nanti aku
bertemu dokter Rut.
***
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar