PUTRI. 11.
PUTRI TIDUR
“Haaa..?” tiga hari?!
“Kamu
masih ingat kejadian sebelumnya? Kamu bilang akan menungguku di kios itu.”
Tiba-tiba
aku ingat mimpiku yang kacau. Menyelinap rasa takutku. Kuraba bagian perutku,
ada rasa ngilu.
“Ah,
sudahlah. Yang penting kini kau aman.” Pak Jan melirik monitor jantungku.
Alisnya terangkat. Dia tersenyum misterius. manis
“Kurasa
kau begitu kacau, tapi kau cukup sehat untuk pulang.”
“Phhuuullaagh?”
“Ya,
ke rumahku.”
“Ke
whuummaah fbaaphaa?”
“Ibu
Ratija begitu memercayaiku untuk menjadi ‘wali’mu. Sementara.”
“Khheeenaphhaaa?”
“Karena
Kelompok Kupu-kupu masih mencarimu.”
“Shuulik?
Huunthuug haaphhaaff?”
“Aku
tak tahu. Mungkin karena mereka baru tahu, kamu adalah incaran yang salah (tak
berharga).”
“Ha?”
“Bersyukurlah,
kau selamat dan ‘utuh’” Pak Jan menepuk
pipiku. Kurasakan darah ku mengaliri wajah. Wajahku pasti memerah.
Oh!
Memangnya sudah berapa lama kita berkenalan? Kenapa kita merasa sedekat ini?
KITA? Ah, mungkin hanya perasaannku saja. Jangan-jangan menepuk pipi adalah
salah satu sakit sarapnya. Mungkin dia biasa menepuk kucing, berhubung tidak
ada kucing jadi....
Dia
tersenyum. Dia pasti menikmati permainan baru setelah tahu aku tersipu. Ya Tuhan, aku tersipu...?
***
BERSAMBUNG.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar