Rabu, 08 Juni 2016

#Novel #Scifi #Dystopia. TELELOVE. bagian 11

PANGERAN. 4
HUTAN BUATAN





Februari 19.
Malam ini aku sama sekali tak dapat memejamkan mata. Jadi aku isi saja buku jurnalku ini. Aku coba tulis seperti para jurnalis seperti yang diinginkan dokter Rut.
Kantung tidurku yang tergantung pada dua batang pohon kayu berayun-ayun menimbulkan suwara gemerisik karena berulang kali menggoyang daun-daun rumput gajah yang tumbuh menjulang.
Kata dokter Rut, teman-temannya yang  ilmuwan itu,  sengaja memberi hormon penumbuh pada rumput gajah agar manusia pemamah biak dapat memenuhi nafsu makannya yang tidak masuk akal.
            Semula kata  dokter Rut itu, mereka   bermaksud menciptakan –seyawa kimiya- yag dapat mencerna rumput, karena kata dokter Rut, dunia tidak cukup mensediyakan makanan, jadi orang –harus- bisa makan seadanya, termasuk rumput. Karena menurut mereka rumput itu tanaman paling mudah tumbuh dibanding tanaman lain.
Kata dokter Rut,  Secara ilegal, para ilmuwan, teman-teman kerja dokter Rut itu, menjadikan kaum jelata sebagai kelinci percobaan. Dan inilah yang mereka dapat, manusia malas yang setiyap hari hanya mengunyah dan mengunyah.
Aku ingat sekali, wajah dokter Rut sedih waktu menceritakannya.
Entah kapan, para ilmuwan akan membawaku dari tempat ini. Saat itu terjadi  aku harus siap untuk lari. Tapi aku harus lari ke mana? Adakah tempat yang aku tuju di luar sana? Seperti apakah tempat di luar itu?
Benarkah tempat di luar sana seperti yang pernah aku lihat di TV.  Tapi kapan itu aku lihat terakhir kali? Apakah keadaanya sama dengan di TV itu?
Sebuah surga, tepi pantai, hembusan angin, membawa bau laut, bau laut? Seperti apa? Seperti bau  garamkah?
            Apakah orang-orang di luar sana seramah orang-orang di TV itu? Apakah mereka  selucu ‘lelakon’ di TV itu? Lalu baju mereka, seperti apa? Apa mereka juga hanya mengenakan baju warna putih seperti orang-orang di sini?
            Apa yang terjadi nanti? Akankan orang-orang di luar mentertawakan aku karena aku bersisik?
Kepada siyapa aku akan mohon perlindungan.
            Ah... aku tak mengkenal siapapun diluar rumah kaca ini. Aku hamya tahu dokter Rut dan  temannya para ilmuwan itu.
Jadi kelihatannya aku tak bsa lari
            Tapi Dunia luar, seperti apakah? Aku sagat penasaran.
            Tapi, Kalau aku lari, apa saja yang perlu aku bawa? Baju? Ya tentu saja aku harus berbaju sebagaimana layaknya manusia.
            Ah, ada suara gemerisik apa? Apakah, apakah, penghuni baru itu datang lagi?
            Aku merasa tubuhku bergetar.
            Aku segera bangkit dengan lincah lalu merayap memanjati pohon yang lebih tinggi.
            Jantungku terasa berdebur tak karuan, seumur hidupku, hutan dalam rumah kaca ini aman. Sampai mereka memasukan penghuni baru. Sekelompok manusia mengerikan, dengan wajah bengis, dan untayan gigi taring layaknya para pemakan daging.
            Kekacawanpun mulai terjadi. Setiap 2-3 malam sekali korban berjatuhan. Aku tak tahu dimana orang yang mengendalikan keamanan keseimbangan tempat ini?
            Kurasa teman-teman dokter Rut mulai melakukan pekerjaan  baru, membuat jaring-jaring makanan berlaku secara alami. Para ilmuwan, teman-teman dokter Rut itu,  tidak lagi mensuplai makanan.
 Mereka hanya menumbuhkan ini dan itu, berharap para tanaman mampu menopang para herbifora, dan para herbifora  menopang para pemakan daging, karnifora.
            Mengerikan!
            Kami mulay merasa percuma berlaku ‘sopan’, meniru kesantunan manusia, bila ternyata mereka dengan sengaja membuat hutan  tertutup ini berlaku –nyaris- alami. Menempatkan ‘kami’ sesuai takdirnya.
Kmu tahu Takdir itu apa? Aku sendiri tidak tahu apa itu, tapi Dokter Rut sering mengatakannya.
Kata dokter Rut, mereka Menempatkan kami sesuai fungsi ekologisnya. Tapi tetap  Bukan sebagai  -orang- biyasa.
Vungsi ekologis itu apa?

Kata dokter Rut, fungsi ekologis itu seperti kmu ada di tempat dimana kamu dan tempat tinggalmu  saling membutuhkan.


Bersambung....

Tidak ada komentar:

Translator: