Kamis, 09 Juni 2016

TELELOVE. Bagian 12

PANGERAN. 4
HUTAN BUATAN




Yah, berteman dengan dokter Rut memang sering membuatku bingung. Dan bila aku terlalu keras memikirkan percakapan kmi, biyasanya aku jadi mengkelupas. Aku tidak mau itu terjadi. Jadi aku menghindari berpikir keras.
Rerumputan Gajah gemerisik,  tak mampu menyembunyikan pergerakan sekolompok orang yang berjalan mengendap dibawahku.
            Lariiiiiiiiiii...!- sang  pemimpin kelompok pemakan rumput  membuyarkan banteng-banteng betina yang tertidur pulas.
            Bruk!
            Toloooooong...!- suara seorang wanita dari kelompok pemakan rumput, menjerit.
Lanjutnya terdengar teriakan hysteris memanggil-manggil pertolongan hingga hilang suwaranya.
            Lalu suara lolongan nyeri itu berganti dengan bunyi geraman orang menikmati makan. Kecipak-kecupuk banjir liur dan kibasan lidah.
            Semuwanya berlangsung tepat dibawahku. Bgitu cepat. Kengeriannya membuat aku takut. Jantungku seolah menjadi liar berdegup. Aku juga  marah, aku jijik,  dan aku merasa akan menkelupas.
            Aku tak mampu menahannya. Gatalnya mulai menyerang.
Oh dokter Rut!... jangan mengelupas sekarang! karena bila sisikku luruh, lalu jadi hujan sisik di atas para haus darah itu, maka akan...
            Smakin kepalaku berkira-kira tak karuan dengan cepat, semakin aku gatal. Gatal dan gatal. Cakarku mulai gelisah. Aku ingin menggaruk.
            Dokter Root, tak bisakah kau mengantarkan suntikan anti sakitku –SEGERA!-?
            Masabodohlah! Aku harus menggaruk, daripada aku... aku.. kuhentikan garukanku saat kusadari sisikku mulay luruh. Jatuh melayang.
 Jika swasananya ‘normal’ kmu akan melihatnya sebagai pemandangan yang indah. Sisikku yang mengkilat itu, kata dokter rut, kimia didalam sisikku  akan memantulkan warna cahaya, ungu, biru benhur, hijau tosca. Berpendar indah.
Kta dokter Rut pewarnaan ini dimaksutkan agar aku bisa menyatu dengan hutan. Maksutnya, pemangsaku tak kan bisa membedakan antara aku dengan pemandagan sekitarku. Begitu.
            Kmu tahu Kimiya itu apa? Aku tida tahu, tapi dokter rut sering mengucapkannya.
            Tapi jika mahluk-mahluk gila darah yang melihat guguran sisikku,  aku tak tahu apa keindahannya masih terasa.
Aku ta ingin membayangkan bahwa pesta daging segar mereka menjadi pesta semalam suntuk setelah melihat hidangan lain di atas sini.
Glek!
            Kepingan sisik pertama jatuh di atas ‘korban’. Lalu disusul dengan kepingan-kepingan sisik yang lain. Hingga mereka menengadah, matanya langsung menatapku. Lalu Dia menyeringaiku, menampakan susunan gigi taringnya dan sebagian wajahnya yang berlumur darah.
            Lalu  akupun terkencing-kencing. Lalu Tepat mengenai kepala salah seorang dari pemakan daging  itu, lalu menciprati yang lainnya.
            Mati aku! Matilah aku!
            HHhhhgggrrrhhh- derum gelegar bunyi dari lehernya keras juga.
            Sabar sobat, kita harus berhenti makan sebelum kenyang bukan? Kata yang lain.
            Terima kasih hoi yang di atas sana... kau telah menambah meriah pesta kami... hahahaha.
            Hhhhgggrrrhhhrr... temannya yag lain menggetarkan urat lehernya.
            Iya, hahahaha... temanya yang lain tertawa mengerikan.
            Aku cepat melompat ke pohon sebelah, ke pohon sebelahnya lagi, hingga aku merasa aman untuk mengelupas dengan tenang.
Dokter Root, apa kau sedang mengamatiku di layar intainya?
Begitu teganya kau!


****

Bersambung... 

Tidak ada komentar:

Translator: